Israel vs Iran

9 Min Read

Tidak ada yang membuat Israel takut setengah mati saat ini di jazirah Arab kecuali satu negara, Iran.

Sebelum 1979, di masa Shah Reza Pahlevi, Israel dan Iran adalah sekutu dekat. Iran adalah negara muslim kedua yang di tahun 1950 mengakui Israel di PBB, setahun setelah Turki.

Namun perubahan pemerintahan setelah Revolusi Iran dipimpin Ayatollah Rohullah Khomeini 1979, mengubah 180 derajat sikap Iran hingga hari ini.

Walau kedua negara tidak berbatasan langsung namun bagi Iran, Israel adalah setan kecil yang harus dimusnahkan.

Dalam pidato pertamanya, Khomeini, pemimpin tertinggi revolusi, menyebutkan dua musuh utama Iran: AS – “Setan besar” – dan sekutu utamanya di kawasan ini, Israel.

“Setan kecil” Israel, tegas Khomeini, adalah negara yang ingin “dilenyapkan” demi “membebaskan Yerusalem”.

Pada tahun 1982, Khomeini memerintahkan pembentukan “Hizbullah” di Lebanon, sebuah negara Arab dengan komunitas Syiah yang besar.

Tujuan “Hizbullah“ adalah untuk melawan tentara Israel, yang menginvasi Lebanon selatan tahun 1982 dan menduduki wilayah tersebut …. (hingga akhirnya hizbullah berhasil) dan Israel (terpaksa) menarik mundur pasukannya di tahun 2000.

Bagi Israel sendiri, dalam berbagai pergerakan politik maupun militer pasca Revolusi Iran, nampak jelas menganggap Iran sebagai musuh terbesarnya.

Beberapa pemerintahan, yang dipimpin oleh Partai Buruh yang berhaluan kiri dan Partai Likud yang berhaluan kanan, memusatkan kebijakan luar negeri mereka pada ancaman dari Iran, mulai dari program nuklirnya hingga penciptaan jaringan pengaruh di seluruh Timur Tengah

Kekhawatiran Israel meliputi:

1. Kemampuan kemajuan teknologi Rudal balistik Iran yang semakin akurat dengan jangkauan hingga 2.000 kilometer (1.250 mil) atau lebih yang bisa dengan mudah menjangkau seluruh wilayah dan kota kota di Israel.

Dengan kemampuan seperti itu ditambah kemampuan Iran yang memang sedari awal punya kemampuan membuat senjata nuklir sendiri maupun atas bantuan Rusia maka potensi Israel, yang berpenduduk 7,2 juta jiwa untuk diratakan menjadi hal yang sangat bisa dilakukan oleh Iran.

Sementara perubahan sikap Rusia (dulu USSR) sejak tahun 1950 sudah jelas, melakukan perang yang tak pernah diumumkan kepada Israel dan membutuhan Iran untuk melancaran agenda mendorong AS dan negara barat keluar dari wilayah Timur Tengah.

Sebagai catatan, bila terjadi perang nuklir antara Iran vs Israel maka tentu saja Israel yang berpenduduk lebih sedikit dan menguasai wilayah lebih kecil akan lebih cepat hancur tinimbang wilayah Iran yang berpenduduk 69 juta jiwa dengan sebaran wilayah lebih luas.

Bila dua kota utama Tel Aviv dan Haifa berhasil ditembus rudal balistik berkepala nuklir Iran atau drone nuklir saja, maka bisa diperkirakan Israel akan lumpuh total dengan korban jiwa signifikan.

Berdasar analisa simulasi dampak perang nuklir Iran vs Israel oleh para peneliti yang dilakukan dan dipublikasikan di jurnal Bio Medical Central berjudul “Nuclear war between Israel and Iran: lethality beyond the pale” nampak jelas potensi kerusakan di kedua belah pihak dan ini sangat menakutkan Israel.

2. Tehnologi Drone Iran yang terus berkembang terbukti mampu melakukan serangan udara, misi bunuh diri, dan pengintaian baik untuk keperluan domestik serta diekspor ke sekutu Timur Tengah dan Rusia.

Versi terbaru Mohajer, yang pertama kali dikembangkan selama perang delapan tahun dengan Irak pada tahun 1980an, dapat membawa hulu ledak seberat 300kg (660lb), terbang dengan kecepatan maksimum 210 kilometer per jam ( 130 mil per jam) dan menampung 450 liter (120 galon) bahan bakar.

Laporan media mengatakan drone tersebut dapat melakukan perjalanan tanpa henti di ketinggian 7.000 meter (4.350 kaki) hingga jarak 2.000 km (1.242 mil), yang menggambarkan drone terbaru versi Mohaer 10 dapat mencapai fasilitas nuklir Dimona di Israel.

Media Iran juga menerbitkan poster Mohajer-10, yang menggambarkannya terbang di awan menghadap fasilitas nuklir Dimona di Israel dengan tulisan “Bersiaplah untuk melakukan perjalanan ke Zaman Batu

Versi Mohajer sebelumnya telah sukses dipakai Moscow dalam perang di Ukraina.

Yang mengejutkan, (negara) tehnologi maju seperti Rusia bahkan belajar dan menyerap tehnologi drone serang Shaded 136 dari Iran dan mengembangkan versinya sendiri yang bisa menjangkau sejauh 1600 km.

Dengan makin eratnya hubungan antara Moscow dan Teheran maka terjadi simbiosis mutualis di bidang teknologi antara keduanya, termasuk bertukar senjata yang bagi Israel beresiko meningkatkan ancaman.

3. Bahwa Iran mempersenjatai, melatih, dan mendanai proksi di Lebanon, Suriah, Irak, dan Yaman sudah menjadi rahasia umum.

Tak heran Israel bertekad berusaha untuk melumpuhkan semua proxy Iran.

Namun apakah upaya ini bisa berhasil? Sejauh ini upaya yang dilakukan Israel tidak pernah berhasil.

Israel yang didukung pesawat tempur dan tehnologi intelejen canggih bisa jadi memenangkan pertempuran, tetapi tidak pernah memenangkan perang.

Para ahli strategi perang selalu mengatakan dogma: kemenangan sesungguhnya itu bukanlah mampu menghabisi lawan, tetapi membuat lawan enggan untuk melawan.

Apakah Israel sudah mampu melakukan itu? terutama melumpuhkan Iran sebagai musuh terbesarnya?

Bukan hanya jauh panggang dari api, bahkan tanpa Amerika Serikat, Israel bukanlah lawan yang layak untuk diperhitungkan.

Melawan Houthi Yaman saja misalnya, dengan segala keterbatasannya telah mengklaim memiliki rudal berbahan bakar cair yang dikenal sebagai Toufan dengan jangkauan 1.350–1.950 km (839-1.212 mil), cukup untuk berpotensi menempatkan Israel dalam jarak serangan – dalam jarak yang sangat jauh.

Yaman dan Israel, dipisahkan oleh Arab Saudi, berjarak sekitar 1.580 km pada titik terdekatnya.

Apakah Israel bisa menangkal serangan itu walau sudah mengklaim mempunyai Iron Dome?

Bukankah beberapa hari lalu bahkan kapal induk AS terpaksa ikut campur bantu Israel untuk mencegat rudal Houthi yang diarahkan ke Israel?

4. Pengerahan militer di Suriah

Suriah / Syria telah lama dianggap mitra penting bagi Iran.

Pasalnya, selama 8 tahun perang Iraq Iran, Suriah adalah satu satunya negara di jazirah Arab yang berada di sisi Iran.

Dan Suriah adalah jalur langsung dan halaman depan Iran untuk menekan dan menghabisi Israel melalui kelompok kelompok milisi perlawanan ataupun kekuatan militer.

Menjadi hal yang wajar bila Tel Aviv berulang kali menekankan penolakannya untuk mengizinkan pangkalan Iran berada di dekat perbatasan Israel-Suriah, namun tentu tak digubris Suriah.

5. Serangan siber terhadap pemerintah, infrastruktur, dan bisnis swasta Israel.

Perhatian dan Kekhawatiran terhadap keamanan siber merupakan salah satu prioritas Israel.

Upaya untuk meningkatkan kemampuan tehnologi mata mata ini dilakukan dengan menggandeng AS dan perusahaan swasta.

Selain dgn pemerintah AS, tercatat (juga dengan) pihak swasta seperti AWZ Kanada juga Team 8 yang mendapat investasi Seri A senilai $18 juta dari Alcatel-Lucent, Cisco Investments, Marker LLC, Bessemer Venture Partners (BVP) dan Innovation Endeavours (yang timnya termasuk mantan CEO Google Eric Schmidt)., Blackrock dll ..

6. Berencana untuk membunuh atau menculik warga Israel di luar negeri dan menyerang kapal kargo yang terkait dengan Israel.

7. Berdasar perbandingan kekuatan militer Israel vs Iran berjudul “Military Power – A Comparative Analysis“ yang diungkap media Defence Street 2023 maka nampak jelas kekuatan militer darat laut dan udara Iran termasuk personil cadangan tersedia Iran jauh mengungguli Israel dilihat dari anggaran, personil aktif dan cadangan, artileri, pesawat tempur, kapal perang.

Pada akhirnya bisa disimpulkan bahwa Iran-lah yang paling memungkinkan untuk memukul mundur Israel keluar dari Palestina baik head to head maupun melalui join operation dengan negara Arab lain dan atau join dengan Rusia.

Sekian

_________
*Adi Ketu
_ published 23/10/2023

sumber: https://www.facebook.com/share/p/pizGcFqq3RNKVKsP/?mibextid=Nif5oz

 

Share This Article