Kronologi Kecelakaan Helikopter Presiden Iran

4 Min Read
Kecelakaan helikopter presiden iran

Kepala staf Presiden Iran, Gholamhossein Esmaili, yang berada di helikopter ke-3 di belakang helikopter Presiden menceritakan kronologi seputar peristiwa kecelakaan helikopter presiden Iran:

“Ada 3 Helikopter, posisi Helikopter yang membawa presiden dan delegasinya berada di tengah.

Setelah salat Dzuhur, kami berangkat menuju ke arah Tabriz. Cuaca cerah, tidak ada kondisi cuaca yang perlu dikhawatirkan.

Setelah setengah jam berada di udara, sebelum mencapai tambang tembaga Sungun, ada sepetak awan tebal.

Pewawancara bertanya: “Jadi tidak ada kabut?”

Dia menjawab, tidak sama sekali. Ada kabut di darat, tapi tidak di udara tempat kami bergerak maju dengan helikopter.

Namun di satu area kecil yang padat, terdapat sepetak awan di atas tebing.

Dari segi ketinggian, awan ini sama tingginya dengan ketinggian penerbangan kami.

Di sanalah pilot helikopter yang kini menjadi syahid, yang juga merupakan komandan armada, memerintahkan pilot lainnya untuk terbang ke atas awan.

Kami adalah pilot ke-3, di belakang helikopter presiden. Kami sampai di atas awan, kami maju kurang lebih 30 detik. Pilot kami tiba-tiba menyadari bahwa helikopter utama yang membawa presiden hilang.

Pewawancara bertanya: “Anda tidak melihat helikopter itu lagi setelah naik?”

Jawabnya ya tepat sekali, setelah naik ke atas awan, kami tidak melihat helikopter utamanya.

Kenaikannya sendiri tidak terasa sulit. Terkadang saat kita menggunakan pesawat kita merasakan turbulensi namun kali ini kita tidak merasakan apapun di dalam helikopter saat naik.

Dan setelah kami naik tidak ada awan yang lain.

Pewawancara bertanya: “Jadi selain itu, tidak ada prakiraan cuaca yang menyebutkan adanya gangguan pada cuaca yang membuatnya tidak aman?” Dia menjawab, tidak, tidak ada.

Tak lama kemudian, kami bisa melihat ke bawah dan tidak ada awan lagi dan kami sudah sampai di area tambang tembaga.

Namun kami menyadari bahwa pilot kami tiba-tiba memutar balik, jadi saya bertanya kepadanya mengapa?

Dia mengatakan bahwa salah satu helikopter kami hilang.

Kami memperkirakan mereka melakukan pendaratan darurat, karena kami juga tidak memiliki kontak radio lagi dengannya.

Jadi saya bertanya padanya kapan terakhir kali kontak dilakukan?

Pilot menjawab: “Satu menit 30 detik yang lalu, saat pilot menyuruh kita naik ke atas awan.”

Pilot kami mengitari area tersebut beberapa kali, namun area dengan petak awan juga tidak terlihat oleh kami dan terlalu berisiko untuk memasuki area tersebut.

Kami gagal beberapa kali melakukan kontak radio.

Kami terpaksa melakukan pendaratan setelah 30 detik di tambang Songun untuk menyelidiki.

Selama penerbangan, kami terus menerus melakukan panggilan telepon seluler dengan para penumpang, termasuk pengawalnya, Tuan Abdollahian, gubernur Azerbaijan Timur dan imam Jumat di Tabriz.

Namun kami mencoba memanggil semuanya tanpa hasil.

Setelah beberapa kali mencoba, menelpon ponsel kapten yang mendampingi presiden, seseorang mengangkat telepon tersebut.

Itu adalah Ayatollah Hashem, imam Jumat di Tabriz.

Dia memberi tahu kami bahwa ia terluka parah. Dia tidak memberi tahu kami sesuatu yang lain.

Saya bertanya kepadanya apa sebenarnya yang terjadi?

Dia bercerita kepada kami bahwa dia tidak tahu apa yang terjadi, ketika ditanya keberadaannya, dia menjawab tidak tahu.

Dia hanya menggambarkan apa yang dia lihat, menjelaskan kepada kita apa yang dilihatnya, misalnya dikelilingi pepohonan.

Saya bertanya kepadanya tentang kondisi yang lain, Ayatollah menjawab bahwa dia sendirian dan tidak bisa melihat orang lain dan dia sendirian.

Tambang tembaga memiliki fasilitas yang baik seperti ambulans dan kendaraan yang diperlukan.

Kami membentuk tim untuk pergi dan mencari mereka. Kami juga meminta bantuan darurat segera.”

source: t.me/tafsirhikmah

Share This Article