Perlawanan Islam di Irak, sebuah koalisi pejuang anti-teror, mengaku bertanggung jawab atas serangan pesawat tak berawak terhadap pangkalan-pangkalan yang diduduki AS di wilayah al-Tanf Suriah dan kota al-Shaddadi sebagai pembalasan atas dukungan AS selama perang Israel di Gaza. Serangan tersebut menargetkan Pangkalan Udara al-Harir di wilayah Kurdistan Irak, yang menandakan respons terkoordinasi terhadap dukungan AS terhadap kekejaman Israel.
Laporan mengenai kerusakan atau korban jiwa akibat serangan ini tidak segera tersedia, sehingga tingkat dampaknya tidak jelas. Amerika Serikat, pendukung utama Israel, telah memasok senjata dan amunisi selama perang di Gaza dan secara konsisten menentang resolusi Dewan Keamanan PBB yang menganjurkan penghentian agresi Israel.
Perdana Menteri Irak telah mengumumkan rencana untuk membentuk komite bilateral untuk penarikan pasukan AS, sebuah langkah yang ditandai setelah serangan pesawat tak berawak AS yang menewaskan pemimpin Harakat Hizbullah al-Nujaba, sebuah faksi dalam Unit Mobilisasi Populer (PMU) Irak. Perdana Menteri menegaskan kembali pendirian negaranya untuk mengakhiri kehadiran pasukan koalisi internasional, menekankan perlunya mengakhiri keberadaan mereka karena pembenaran awal mereka tidak berlaku lagi.
Pengumuman tersebut bertepatan dengan acara peringatan yang menandai peringatan pembunuhan AS terhadap Abu Mahdi al-Muhandis, mantan wakil kepala PMF, yang tewas dalam serangan pesawat tak berawak AS bersama komandan Iran Letjen Qassem Soleimani di dekat bandara Baghdad pada Januari 2020.
Pernyataan perdana menteri tersebut menggarisbawahi tekad Irak untuk mengakhiri kehadiran pasukan koalisi internasional yang terlibat dalam kegiatan tanpa izin atau mandat internasional, yang diduga menyebabkan korban sipil dan eksploitasi sumber daya negara.
Diterjemahkan dari situs tn.ai