Public relations (PR) seringkali disalahartikan sebagai pencitraan belaka. Padahal, fungsinya jauh lebih dalam dari sekadar membangun citra positif. PR adalah jembatan yang menghubungkan organisasi dengan publiknya, menjalin komunikasi dua arah yang strategis dan saling menguntungkan.
Tapi, bagaimana para ahli memandang PR? Yuk, kita simak definisi Public Relations menurut para pakar terkemuka!
1. PR: Fungsi Manajemen yang Membangun Hubungan (Cutlip, Center & Broom)
Cutlip, Center, dan Broom mendefinisikan Public Relations sebagai “fungsi manajemen yang membangun dan memelihara hubungan yang saling menguntungkan antara organisasi dan publiknya.” Definisi ini menekankan peran PR sebagai pengelola hubungan. Organisasi tidak bisa sukses tanpa dukungan publiknya, dan PR berperan aktif dalam membangun serta menjaga hubungan baik tersebut.
Para ahli ini menjelaskan bahwa PR bukan sekadar aktivitas komunikasi satu arah. PR harus terencana, strategis, dan berorientasi pada kepentingan bersama. Hubungan yang terjalin pun bersifat timbal balik. Organisasi harus memahami kebutuhan dan harapan publik, sebaliknya publik pun perlu mengerti tujuan dan aktivitas organisasi.
Dengan pemahaman dan komunikasi yang baik, tercipta hubungan yang saling menguntungkan. Publik akan memberikan dukungan pada organisasi, dan organisasi pun bisa terus berkembang dengan memenuhi kebutuhan publik.
2. PR: Manajemen Komunikasi Antara Organisasi dan Publik (Grunig & Hunt)
Grunig dan Hunt memiliki pandangan yang senada. Mereka mendefinisikan Public Relations sebagai “manajemen komunikasi antara organisasi dan publiknya.” Fokus definisi ini terletak pada komunikasi. PR bertanggung jawab dalam merencanakan, mengelola, dan mengevaluasi semua aktivitas komunikasi antara organisasi dan publiknya.
Komunikasi yang dimaksud pun tak sebatas penyebaran informasi searah. PR harus bisa membangun komunikasi dua arah yang efektif. Organisasi perlu secara aktif mendengarkan aspirasi dan keluhan publik. Dengan memahami sudut pandang publik, organisasi bisa menyesuaikan strategi komunikasinya dan membangun hubungan yang lebih baik.
Grunig dan Hunt juga menekankan pentingnya riset dalam kegiatan PR. Melalui riset, praktisi PR bisa mengidentifikasi siapa publik mereka, apa saja kebutuhan dan harapan mereka, serta saluran komunikasi yang paling efektif untuk menjangkau mereka. Dengan data yang akurat, strategi PR akan lebih tepat sasaran dan menghasilkan dampak yang positif.
3. PR: Pengelolaan Hubungan yang Saling Mempengaruhi (Coombs & Holladay)
Coombs dan Holladay mengemukakan definisi Public Relations sebagai “pengelolaan hubungan yang saling mempengaruhi dalam jaringan hubungan pemangku kepentingan dan organisasi”. Definisi ini menonjolkan konsep hubungan yang saling mempengaruhi. Baik organisasi maupun publik saling mempengaruhi satu sama lain.
Organisasi tentu ingin memengaruhi persepsi publik agar mendapatkan dukungan. Namun, publik juga bisa mempengaruhi kebijakan dan aktivitas organisasi. Misalnya, kampanye boikot dari konsumen bisa mendorong perubahan perilaku bisnis sebuah perusahaan.
Coombs dan Holladay juga menekankan pentingnya melihat hubungan PR dalam konteks jaringan pemangku kepentingan. Organisasi tidak hanya berhubungan dengan konsumen, tetapi juga dengan berbagai pihak lain seperti pemerintah, media, dan investor. PR harus mampu membangun hubungan baik dengan semua pemangku kepentingan ini agar organisasi bisa beroperasi secara efektif.
4. PR: Lebih dari Sekedar Pers dan Publikasi (Rex Harlow)
Rex Harlow, salah satu pelopor bidang PR, pernah mengatakan bahwa Public Relations “lebih dari sekedar pers dan publikasi.” Definisi ini menegaskan bahwa PR tidak hanya terfokus pada kegiatan media relations dan publikasi.
5. PR: Membangun Reputasi dan Mendapatkan Kepercayaan Publik (Scott Cutlip)
Scott Cutlip, pakar PR ternama lainnya, mendefinisikan Public Relations sebagai “upaya yang terencana dan terorganisir untuk membangun dan memelihara reputasi dan mendapatkan kepercayaan publik.” Definisi ini menekankan pentingnya reputasi dan kepercayaan publik bagi sebuah organisasi.
Reputasi positif dapat membantu organisasi menarik pelanggan baru, meningkatkan nilai merek, dan meningkatkan loyalitas karyawan. Kepercayaan publik juga penting agar organisasi bisa beroperasi secara efektif dan berkelanjutan.
Cutlip menjelaskan bahwa PR harus dilakukan secara terencana dan terorganisir. Strategi PR yang baik akan membantu organisasi mencapai tujuan komunikasinya secara efektif. PR juga harus dilakukan secara konsisten dan berkelanjutan agar dampaknya bisa dirasakan dalam jangka panjang.
6. PR: Menciptakan Komunikasi yang Saling Menguntungkan (James Grunig)
James Grunig menawarkan definisi Public Relations yang lebih luas, yaitu “menciptakan dan memelihara komunikasi yang saling menguntungkan antara organisasi dan publiknya.” Definisi ini menekankan bahwa komunikasi PR harus berorientasi pada saling menguntungkan.
Organisasi tidak hanya berkomunikasi untuk memengaruhi publik, tetapi juga harus terbuka untuk menerima masukan dari publik. Komunikasi yang terbuka dan jujur akan membantu membangun kepercayaan dan hubungan yang kuat dengan publik.
Grunig juga menegaskan bahwa PR harus berfokus pada kepentingan publik. Organisasi harus memahami kebutuhan dan harapan publik, dan kemudian mengembangkan strategi komunikasi yang sesuai. Dengan melakukan ini, organisasi akan mampu menciptakan nilai bagi publik dan mendapatkan dukungan mereka.
Kesimpulan
Public Relations bukan hanya tentang membangun citra positif. PR adalah tentang membangun hubungan yang saling menguntungkan antara organisasi dan publiknya. Dengan memahami definisi PR dari para pakar ternama, kita dapat melakukan PR yang lebih efektif dan menghasilkan dampak yang positif bagi organisasi dan publik.