SVB Bank Bangkrut: Krisis Keuangan Baru atau Peluang Baru?

7 Min Read

Pada tanggal 10 Maret 2023, dunia dikejutkan oleh kabar bahwa Silicon Valley Bank (SVB), bank terbesar ke-16 di Amerika Serikat (AS) yang menyediakan layanan keuangan kepada perusahaan teknologi dan perusahaan modal ventura, ditutup oleh regulator keuangan California karena dinyatakan bangkrut.

Bank ini mengalami krisis modal akibat penarikan dana besar-besaran oleh nasabahnya dalam waktu 48 jam sebelumnya.
Penarikan dana ini dipicu oleh kecemasan atas kenaikan suku bunga yang agresif oleh Federal Reserve (The Fed), bank sentral AS, yang berdampak negatif pada bisnis perusahaan teknologi dan modal ventura.

Keruntuhan SVB bukan hanya menimbulkan kerugian bagi nasabahnya yang jumlahnya mencapai US$175,4 miliar atau setara Rp2.712 triliun, tetapi juga menimbulkan efek domino bagi perekonomian global.

Di Inggris, unit SVB dinyatakan bangkrut, telah berhenti beroperasi dan tidak lagi menerima nasabah baru. Usaha patungan SVB di China, SPD Silicon Valley Bank Co, berusaha untuk menenangkan nasabahnya.

SVB juga ada di Denmark, Jerman, India, Israel, dan Swedia. Pendiri memperingatkan bahwa keruntuhan SVB akan mempengaruhi pendanaan bagi startup di seluruh dunia.

Lalu bagaimana dengan Indonesia? Apakah kita akan terkena dampak dari krisis keuangan baru ini? Ataukah kita bisa memanfaatkan peluang baru yang muncul dari situasi ini?

Meski tetap harus berhati-hati, Indonesia tidak perlu terlalu khawatir berlebihan dengan keruntuhan SVB Bank ini.

Pertama, Indonesia memiliki cadangan devisa yang cukup kuat untuk menstabilkan nilai tukar rupiah. Menurut Bank Indonesia (BI), cadangan devisa Indonesia per akhir Februari 2023 mencapai US$140,3 miliar. Cadangan devisa ini bisa digunakan oleh BI untuk mengintervensi pasar valas jika terjadi tekanan pada rupiah akibat krisis global.

Kedua, Indonesia memiliki sistem perbankan yang sehat dan tahan banting. Menurut Otoritas Jasa Keuangan (OJK), rasio kecukupan modal (CAR) perbankan Indonesia pada akhir Januari 2023 mencapai 23%, jauh di atas batas minimal 8% yang ditetapkan Basel III. Selain itu, rasio kredit bermasalah (NPL) perbankan Indonesia hanya sebesar 2%, jauh di bawah batas maksimal 5% yang ditetapkan OJK. Hal ini menunjukkan bahwa perbankan Indonesia memiliki modal yang cukup untuk menanggung risiko kredit dan likuiditas.

Ketiga, Indonesia memiliki potensi pertumbuhan ekonomi yang tinggi dan diversifikasi sektor ekonomi yang luas. Menurut Badan Pusat Statistik (BPS), pertumbuhan ekonomi Indonesia pada tahun 2022 mencapai 5%, lebih tinggi dari rata-rata pertumbuhan ekonomi dunia sebesar 4%.

Selain itu, Indonesia memiliki sektor ekonomi yang tidak hanya bergantung pada komoditas seperti minyak dan gas bumi atau batubara saja, tetapi juga memiliki sektor industri pengolahan, pertanian, perdagangan, jasa, dan juga memiliki sektor digital yang berkembang pesat.

Menurut BPS, pertumbuhan ekonomi Indonesia pada tahun 2022 mencapai 5,31%, lebih tinggi dari target pemerintah sebesar 5%. Selain itu, Indonesia memiliki sektor digital yang tumbuh 11% pada tahun 2022 dan mencapai nilai US$44 miliar atau setara Rp681 triliun. Sektor digital ini meliputi e-commerce, fintech, transportasi online, media sosial, dan lain-lain.

Keempat, Indonesia memiliki hubungan kerjasama yang baik dengan negara-negara mitra dagang utama. Menurut Kementerian Perdagangan (Kemendag), nilai ekspor Indonesia pada tahun 2022 mencapai US$190 miliar atau setara Rp2.940 triliun, naik 15% dibandingkan tahun sebelumnya. Ekspor ini didominasi oleh produk non-migas seperti kelapa sawit, karet, batubara, nikel, dan tekstil. Negara-negara tujuan ekspor utama Indonesia adalah China, Amerika Serikat (AS), Jepang, India, dan Singapura. Dengan adanya kerjasama dagang yang baik dengan negara-negara ini, Indonesia bisa memperluas pasar dan meningkatkan daya saing produknya.

Dengan demikian, tampaknya Indonesia bisa tidak terlalu terpengaruh oleh krisis keuangan akibat bangkrutnya SVB bank ini. Bahkan, bisa jadi Indonesia dapat memanfaatkan peluang baru yang muncul dari situasi ini.

Peluang baru yang bisa dimanfaatkan oleh Indonesia adalah sebagai berikut:

Pertama, Indonesia bisa menjadi tujuan investasi alternatif bagi perusahaan teknologi dan modal ventura yang mencari pasar potensial di Asia Tenggara.

Indonesia memiliki populasi terbesar di kawasan ini dengan lebih dari 270 juta jiwa dan tingkat penetrasi internet yang tinggi dengan lebih dari 200 juta pengguna internet. Hal ini menunjukkan bahwa Indonesia memiliki pasar digital yang besar dan menjanjikan bagi perusahaan teknologi dan modal ventura.

Kedua, Indonesia bisa menjadi pusat inovasi dan kreativitas bagi pengembangan teknologi digital di Asia Tenggara. Indonesia memiliki banyak talenta muda yang berbakat di bidang teknologi digital seperti programmer, desainer, pengembang aplikasi, dan lain-lain. Indonesia juga memiliki banyak startup digital yang sukses seperti Gojek, Tokopedia, Bukalapak, Traveloka, dan lain-lain. Hal ini menunjukkan bahwa Indonesia memiliki potensi untuk menjadi pemimpin di bidang teknologi digital di kawasan ini.

Ketiga, Indonesia bisa menjadi mitra strategis bagi negara-negara maju dalam menghadapi tantangan global seperti perubahan iklim, kesehatan publik, keamanan siber, dan lain-lain. Indonesia memiliki kekayaan alam yang luar biasa seperti hutan tropis terluas di dunia, biodiversitas terbesar kedua di dunia, dan sumber energi terbarukan seperti panas bumi, surya, angin, dan lain-lain.

Hal ini menunjukkan bahwa Indonesia memiliki kontribusi yang besar dalam menjaga keseimbangan lingkungan global dan mengembangkan energi bersih dan ramah lingkungan. Indonesia juga memiliki kekuatan geopolitik yang signifikan sebagai anggota G20, ASEAN, OKI, dan lain-lain. Hal ini menunjukkan bahwa Indonesia memiliki peran yang penting dalam menjaga stabilitas dan kerjasama regional dan global.

Oleh karena itu, semoga Indonesia mampu memanfaatkan peluang baru yang muncul dari krisis keuangan akibat bangkrutnya SVB ini. Tentu yang tak kalah penting juga kita berharap pemerintah Indonesia juga tetap fokus mengatasi beberapa tantangan yang masih harus dihadapi seperti peningkatan inflasi, defisit anggaran, ketimpangan sosial, dan lain-lain.

Semoga Indonesia bisa menjadi negara yang semakin maju dan kian sejahtera di masa depan. [nil/IMN]

 

Sumber Bacaan:
1. https://www.pikiran-rakyat.com/ekonomi/pr-016410466/kronologi-silicon-valley-bank-bangkrut-dalam-48-jam-nasib-dana-nasabah-rp2712-triliun-tak-jelas

2. https://keuangan.kontan.co.id/news/silicon-valley-bank-svb-kolaps-bagaimana-di-indonesia

3. https://m.bisnis.com/ekonomi-bisnis/read/20230312/620/1636440/suku-bunga-the-fed-jadi-biang-kerok-silicon-valley-bank-svb-kolaps-dalam-48-jam

4. https://mistar.id/ekonomi/silicon-valley-bank-svb-kolaps-apakah-berdampak-di-indonesia/

5. https://keuangan.kontan.co.id/news/silicon-valley-bank-svb-kolaps-bagaimana-di-indonesia

6. https://www.bps.go.id/pressrelease/2022/11/07/1914/ekonomi-indonesia-triwulan-iii-2022-tumbuh-5-72-persen–y-on-y-.html

Share This Article